Minggu, 27 Oktober 2019

Perocbaan 6 Laporan Skrining Fituokimia Senyawa Bahan Alam (Akhir)


VI. Data pengamatan
1.   Pemeriksaan Alkaloid
Perlakuan
Hasil Pengamatan
Dihaluskan simplisia disini kami menggunakan daun pandan, ditambahkan kloroform + silica. Setelah halus basahi dengan 10 ml kloroform, gerus lagi dan ditambahkan 10 ml kloroform amoniak 1/20 N dan gerus lagi. Kemudian saring pada tabung reaksi tambah  10 tetes asam sulfat 2N dikocok. Lapisan asam didekantasi dan dipindahkan kedalam 3 tabung reaksi dan ditambahkan 1 tetes reagen mayer, wagner, dan dragendorf.
-     Meyer
Pada uji Meyer, positif menghasilkan alkaloid dimana yang terbentuk yaitu adanya endapan putih.
-       Wagner
Pada uji wagner positif terbentuk alkaloid karena menghasilkan warna coklat.
-       Dragendorf
Pada uji Dragendorf, positif menghasilkan senyawa alkaloid, dimana warna yang dihasilkan berwarna orange.

2.   Pemeriksaan Steroid dan Terpenoid
Perlakuan
Hasil Pengamatan
Haluskan simplisia buncis atau daun rambutan didalam Erlenmeyer dan ditambahkan 25 ml etanol diaduk, kemudian panaskan diatas penangas air. Disaring dalam keadaan panas diuapkan menggunakan penangas sehingga menghasilkan ekstrak etanol. 
      Setelah itu dititrasi dengan sedikit eter dan ditempatkan pada 2 lobang plat tetes, pada plat pertama ditambahkan 2-3 tetes anhidrida asam asetat. Pada plat kedua ditambahkan 1 tetes asam sulfat pekat.
a.    Steroid :
pada uji ini menghasilkan warna hijau dengan simplisia buncis ataupun rambutan.
b.   Terpenoid:
pada uji ini menghasilkan warna orange kemerahan dengan simplisia buncis, sedangkan pada daun rambutan tidak mengandung terpenoid.

3.   Pemeriksaan Flavonoid
Perlakuan
Hasil Pengamatan
Dimasukkan ekstrak kulit batang nangka kedalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 ml aquades dipanaskan sampai mendidih 5 menit. Setelah itu disaring, filtratnya dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan pita Mg 1 ml HCl pekat dan 1 ml amil alcohol kemudian dikocok dengan kuat.


Uji positif, ditandai dengan adanya warna kuning pada lapisan amil alcohol

4.   Pemeriksaan Saponin
Perlakuan
Hasil Pengamatan
Dimasukkan sampel buncis atau daun rambutan kedalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 ml air panas dan didihkan selama 5 menit. Setelah itu saring, filtratnya digunakan sebagai uji dan kocok dalam tabung reaksi diamkan selama 10 menit, lalu tambahkan 1 ml HCl 2M.
·      Uji pada buncis, positif menghasilkan busa yang lumayan banyak dan busa bertahan sampai seminggu.
·      Uji pada daun rambutan, positif menghasilkan busa banyak tetapi busa tidak bertahan lama.

5.   Pemeriksaan Kuinon
Perlakuan
Hasil Pengamatan
Simplisia tumbuhan daun pandan atau kayu manis di potong halus, kemudian diekstraksi dengan eter
Pada kedua tumbuhan ini positif mengandung kuinon dengan terbentuknya warna hijau dan coklat kehitaman mengikuti warna simplisia.

6.   Pemeriksaan Kumarin
Perlakuan
Hasil Pengamatan
Ekstrak daun inai dideteksi keberadaan kumarin nya dengan cara ekstrak etanol dan methanol di kromatografi lapis tipis, dengan menggunakan eluen etil asetat atau etil asetat: methanol (9:1) atau (8:2)

Pada pemakaian TLC menghasilkan warna biru

VII. Pembahasan
a. pemeriksaan Alkaloid
Alkaloid merupakan suatu golongan senyawa organic yang terbanyak ditemukan di alam. Uji alkaloid biasanya diperoleh dengan cara mengekstrak bahan tumbuhan menggunakan asam yang dapat melarutkan alkaloid, bahan tumbuhan kemudian diekstrak dengan pelarut organic seperti kloroform, eter, dan sebagainya. Skrinning pada alkaloid ini kami menggunakan daun pandan sebagai simplisia yang akan diuji. Pada simplisia yang sudah dihaluskan ditambahkan dengan 10 ml kloroform dan digerus kembali dan ditambahkan dengan 10 ml kloroform amoniak 1/20 N. kemudian disaring pada tabung reaksi. Setelah itu ditetesi dengan 10 tetes asam sulfat 2N dan dikocok. Terakhir lapisan asam yang terbentuk tersebut didekantasi dengan cara dipindahkan kedalam 3 tabung reaksi dan ditambahkan 1 tetes reagen meyer, wagner, dan dragendorf. Reagen Meyer umumnya mengandung Kalium Iodida dan merkuri korida. Pada uji Meyer, hasil yang didapatkan yaitu positif karena ditandai dengan adanya endapan putih. Pada uji Wegner, juga positif mengandung alkaloid karena warna yang ditimbulkan berwarna coklat. Selanjutnya pada pereaksi dragendorf, pereaksi ini umumnya mengandung Bismut (III) nitrat, asam nitrat dan kalium Iodida. Pada uji dragendorf ini juga didapatkan hasil yang positif mengandung alkaloid pada sampel. Karena pada uji ini menimbulkan warna orange.
b. Pemeriksaan Steroid dan Terpenoid
Pada pemeriksaan uji steroid dan terpenoid ini, kami menggunakan simplisia tanaman buncis dan juga daun rambutan. Simplisia yang telah dihaluskan ditambahkan dengan 25 ml etanol dan diaduk, kemudian kami panaskan diatas penangas air. Setelah dipanaskan, kemudian disaring dalam keadaan panas dan diuapkan menggunakan penangas kembali sampai menghasilkan ekstrak etanol. Setelah terbentuk ekstrak, dititrasi kembali dengan sedikit eter dan ditempatkan pada plat tetes. Pada plat tetes pertama ditambahkan dengan 2-3 tetes anhidrida asam asetat, dan pada plat tetes yang kedua ditambahkan dengan asam sulfat pekat. Sehingga hasil yang didapatkan pada uji steroid yaitu menghasilkan warna hijau dengan simplisia buncis ataupun daun rambutan berarti dapat disimpulkan pada buncis dan daun rambutan ini mengandung steroid. Sedangkan pada uji terpenoid simplisia buncis menghasilkan warna orange kemerahan berarti hal ini menandakan bahwa buncis juga mengandung terpenoid. Sedangkan pada daun rambutan tidak menimbulkan warna seperti pada buncis, hal ini berarti pada daun rambutan tidak mengandung terpenoid.
c. Pemeriksaan Flavonoida
Mula-mula kita masukkan kulit batang nangka yang sudah diekstrak kedalam gelas piala kemudian ditambahkan 10ml aquades dipanaskan sampaimendidih kurang lebih selama 5 menit. Disaring dan filtratnya dipakai sebagai larutan yang akan kita uji. Lalu filtrate dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan pita Mg, 1ml HCl pekat dan 1 ml amilalkohol kemudian dikocok dengan kuat. hasiluji flavonoid untuk sample dinyatakan positif, karena pengujian serbuk ekstrak menggunakan HCl pekat dan potongan pita Mg, dimana akan dihasilkan larutan yang berwarna kuning.
d. Pemeriksaan Saponin
Tahap awal kita masukkan ekstrak buncis dan rambutan masukkan masing-masing kedalam gelaspiala kemudian ditambahkan 10ml air panas dan didihkan selama 5 menit. Selanjutnya, kita saring dan filtratnya dipakai untuk larutan uji. Dimana filtrate dimasukkan kedalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok selama kurang lebih 10 detik dan diamkan selama 10 menit, lalu kita tambahkan 1ml HCl 2M. Uji pada Buncis, positif menghasilkan busa yang lumayan banyak dan busa bertahan sampai seminggu. Sedangkan Uji pada daun rambutan, positif menghasilkan busa banyak tetapi busa tidak bertahan lama.
e. Pemeriksaan Kuinon
Kita potong-potong halus tumbuhan kayu manis dan daun pandan ,kemudian ekstraksi dengan eter. Sample positif mengandung kuinon , dimana pada kayu manis menghasilkan larutan yang berwarna coklat kehitaman, sedangkan pada daun pandan menghasilkan larutan yang berwarna hijau. dimana warna yang dihasilkan ini mengikuti dari simplisia yang digunakan.
f. Pemeriksaan Kumarin
Pada pemeriksaan kumarin ini, kita menggunakan tumbuhan daun inai yang di ekstrak dengan methanol atau etanol dengan kromatografi lapis tipis (TLC), selanjutnya menggunakan eluen etil asetat atau etil asetat:methanol (9:1) atau (8:2). Pada simplisia ini positif menghasilkan larutan yang berwarna biru.

VIII. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1. Skrinning fitokimia merupakan pemeriksaan kimia terhadap senyawa aktif biologis dari bahan alam yang terdapat pada simplisia tumbuhan. Skrinning fitokimia ini dapat dilakukan dengan teknik destilasi maupun ekstraksi.
2. Pada skrinning fitokimia ini menggunakan pereaksi larutan yang sesuai. Pada alkaloid menggunakan pereaksi wagner, pereaksi meyer, dan dragendorf. Sedangkan pada jenis steroid dan terpenoid dapat digunakan dengan pereaksi Liebermann Buchard, dan untuk identifikasi flavonoid dapat menggunakan pereaksi shinoda dan larutan NaOH 10%.

Permasalahan:
1. Mengapa pada pemeriksaan uji kumarin pada simplisia harus menggunakan eluen etil asetat dan metanol yang sebanding?
2. Pada uji saponin dengan sampel buncis dan daun rambutan sama-sama positif mengandung saponin karena telah menghasilkan busa. Namun, mengapa busa yang dihasilkan pada buncis lebih bertahan lama dibandingkan busa yang dihasilkan oleh daun rambutan ?
3. Mengapa pada uji alkaloid di tahap akhir, dilakukan perlakuan berbeda terhadap dua permukaan plat tetes?

Kamis, 24 Oktober 2019

Biogenetik alkaloid pada makhluk hidup


Biogenetik alkaloid pada makhluk hidup



Pada pembahasan kali ini juga akan dibahas terkait kemungkinan proses biosintesis senyawa turunan alkaloid pada makhluk hidup. Sebelum masuk pada pokok pembahasan, alangkah baiknya jika kita ulang kembali sedikit tentang alkaloid. 

Alkaloid adalah senyawa yang bersifat basa atau alkali dimana sifat basa ini berasal dari atom yan dimilikinya. Biogenetik merupakan suatu zat yang diproduksi oleh makhluk hidup melalui proses biologis, dan zat yang diproduksi ini dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya.

Sifat basa dari senyawa alkaloid ini disebabkan oleh adanya atom Nitrogen dalam molekul suatu senyawa alkaloid didalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis. Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom Nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Alkaloid ini merupakan suatu golongan metabolit sekunder terbanyak dialam.

Biogenetik itu sendiri dapat kita artikan yaitu suatu zat yang diproduksi secara biologis oleh suatu organisme hidup yang mana zat tersebut diperlukan untuk keberlangsungan hidup. Genetika atau biogenetik merupakan suatu teknik yang bertanggung jawab untuk memanipulasi bahan genetik untuk mengubah informasi herediter sel dan dengan demikian mendorong transfer DNA dari satu organisme hidup ke organisme lain, mencoba memperbaiki cacat genetic.

Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Penelitian di bidang kimia alkaloid tiap tahun selalu berkembang pesat.



gambar 1. Terpenoid indoles biosintesis

permasalahan :

1. Telah dijelaskan diatas bahwa alkaloid berasal dari beberapa asam amino seperti lisin. Jadi menurut anda mengapa alkaloid yang berasal dari sebuah asam dapat tetap bersifat basa?

2. kita ketahui bahwa alkaloid berasal dari asam amino yaitu fenilalanin, tirosin, dan triptopan dan ada beberapa lainnya. Mengapa hanya beberapa asam amino yang hanya dapat menjadi precursor pembentuk alkaloid?

3. biogenetika pada alkaloid ini bagian dimanamnya pada tumbuhan dapat di gunakan sebagai sampel?

Minggu, 20 Oktober 2019

Percobaan 7 Isolasi Senyawa Bahan Alam (Alkaloid) (Awal)


Isolasi Senyawa Bahan Alam (Alkaloid)

I. Judul                     : Isolasi Senyawa Bahan Alam (Alkaloid)
II. Tujuan                 : Adapun Tujuan dari Praktikum Kali ini adalah:
                                    1. Dapat menguasai teknik-teknik isolasi bahan alam khususnya alkaloid
                                    2. Dapat mengenal sifat-sifat kimia alkaloid melalui reaksi-reaksi pengenalan yang spsifik.
III. Landasan teori
Kafein, 1,3,7-trimetilxantin biasanya terdapat pada tanaman kopi, the, coklat dan juga banyak terdapat dalam minuman seperti cocacola. Kafein termasukkedalam kelompok alkaloid golongan purin,dimana strukturnya banyak mengandung N yang erikat dalam struktur.kafein juga mempunyai efek fisiologis jika terdapat pada darah yaitu bersifat stimulant.mengisolasi kafein daribahan alam misalnya daun the termasuk mudah karena mudah larut dalam air panas dan lebih larut lagi dalam kloroform (Tim Penuntun Kimia Organik 2, 2015).
Secara umum, untuk golongan senyawa alkaloid memiliki sifat-sifat antara lain alkaloid biasanya berbentuk Kristal tak bewarna, tidak mudah menguap, tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organic misalnya seperti etanol, eter dan kloroform. Alkaloid juga bersifat basa yang pada umumnya berasa pahit, dan juga bersifat racun yang mempunyai efek fisiologis, serta optis aktif.  Alkaloid memiliki sifat fisiologis yang menonjol dan juga sering digunakan secara luas dalam bidang pengobatan (Muderawan,2002).
  Kafein ialah senyawa alkaloid xanthine berbentuk Kristal dan berasa pahit dan bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif. Kafein ditemukan oleh seorang kimiawan Jerman, Friedrich Ferdinand Ronge pada tahun 1819. Kafein dijumpai secara alami pada bahan pangan seperti biji kopi, daun teh dan mate. Pada tumbuhan ia berperan sebagai peptisida alami yang melumpuhkan dan mematikan serangan-serangan tertentu yang mamtikan tanaman tersebut. Ia umumnya dikonsumsi oleh manusia dengan mengekstraksi dari biji kopi dan daun teh (Hasnawati, 2010).
Alkaloid dapat dikalsifikasikan berdasarkan sumber dan gugus fungsi yang dikandungnya. Menurut Hegnauer, alkaloid digolongkan menjadi 3 yaitu alkaloid sesungguhnya, protoalkaloid dan psudoalkaloid.  Dan juga alkaloid merupakan suatu golongan senyawa organic yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Refluks, salah satu metode dalam ilmu kimia untuk mensintesis suatu senyawa, baik organic maupun anorganik. Umunya digunakan untuk mensintesis senyaw-senyawa yang mudah menguap atau volatile. Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan selesai. Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatile yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi (Slamet,1989).
IV. Alat dan Bahan
4.1 Alat
Adapun alat yang digunakan adalah:
1. Corong pisah 500ml
2. Erlenmeyer
3. Corong Buchner dan vakum
4. Pemanas mantel
5. Gelas kimia 500ml
6. Corong gelas dll
4.2 Bahan
adapun bahan tang digunakan adalah:
1. Kalsium karbonat serbuk
2. Kloroform atau metilen klorida
3. Benzene
4. Petroleum benzene
5. Larutan NaOH 5%
6. R. Dragendrof
7. Reagen wagner
8. Plat T:LC
9. Ca(OH)2

V. prosedur kerja
Adapun prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1)      Dimasukkan 25 gr the kering kedalam Erlenmeyer 500ml, ditambahkan 250ml air dan 25 gr CaCo3.
2)      Dipanaskan campuran diatas uap air selama 20menit,sambil sewaktu-waktu diaduk atau di goncang.
3)      Didinginkan diudara, saring  larutan air dengan menggunakan corong Buchner besar serta pengisapan sampai sisa padat ditekan kering.
4)      Dipindahkan larutan air kedalamcorong pisah 500ml, partikel padat jangan sampai terbawa.
5)      Dibiarkan dingin diudara, lalu lakukan ekstraksi dua kali masing-masing dengan 25ml kloroform atau metilen klorida. Dengan hati-hati selama 5-10 menit. Jika terjadi emulsi yang sukar dipisahkan, coba tambahkan sedikit pelarut lagi.
6)      Disimpan corong pada statif atau klem,biarkan beberapa saat sampai terpisahkan dua lapisan.
7)      Ditampung seluruh lartan kloroform kedalam tabung destilasi diatas penangas air, sampai diperoleh larutan januhnya yang mungin berwarna hijau
8)      Didinginkan secara bertahap sampai tebentuk kristalnya sebanyak mungkin
9)      Dilakukan kristalisasi dengan melarutkannya dalam 5 ml benzene panas dan tambahkan 10ml petroleum benzene
10)  Dipisahkan Kristal dengan penyaringan vakum menggunakan corong Buchner
11)  Dilakukan rekkristalisasi tahap dua dengan menggunakan campuran pelarut yang  sama
12)  Ditimbang dan tentukan titik lelehnya (sekitar 225-250oC).

Adapun video yang terkait dalam praktikum kali ini yaitu :

permasalahan:
1. metilen klorida dan kloroform merupakan senyawa yang berbeda. apakah persamaan yang dimiliki keduanya sehingga metilen klorida bisa digantikan dengan kloroform pada percobaan ini?
2. Pada percobaan ini mengapa menggunakan pelarut klorofrom untuk mengekstrak kafein?
3. Dari video yang saya lihat, penambahan kalsium karbonat menghasilkan endapan putih. Apakah zat yang mengendap tersebut adalah kalsium karbonat juga? lalu apa fungsi penambahan kalsium karbonat tersebut?

Kamis, 17 Oktober 2019

Potensi Pemanfaatan Alkaloid untuk Makhluk Hidup


Potensi Pemanfaatan Alkaloid untuk Makhluk Hidup

Alkaloid ini banyak terdapat pada biji, daun, batang tanaman. Selain tanaman, alkaloid juga terdapat pada jamur dan hewan. Daun yang mengandung alkaloid ini biasanya kebanyakan berasa kelat dan pahit. Manfaat alkaloid pada tumbuhan yaitu sebagai tandon penyimpan nitrogen, untuk pengatur tumbuhnya tumbuhan, namun ada juga yang dapat menghambat, untuk melindunginya dari predator dan gangguan hewan seperti halnya manfaat senyawa metablit sekunder lainnya.
Alkaloid sendiri diartikan sebagai salah satu senyawa yang termasuk kedalam golongan metabolit sekunder yang mempunyai sifat alkali. Nama alkaloid sendiri diambil karena senyawa ini memiliki sifat alkali. Alkaloid ini dikatakan memiliki sifat alkali dikarenakan senyawa ini mempunyai nitrogen baik satu atau lebih dalam bentuk amina primer, sekunder, maupun tersier. Alkaloid ini diartikan juga sebagai suatu senyawa organik siklik yang memiliki nitrogen secara terbatas dengan tingkat oksidasi negatif dalam makhluk hidup.
Senyawa alkaloid ini dapat diperoleh pada beberapa bagian di tubuh tumbuhan, diantaranya seperti akar, batang, dauh, dan biji. Pada tanaman, senyawa alkaloid ini berperan untuk melindungi tanaman yang ada alkaloid ini dari gangguan serangga ataupun herbivora. Morfin ini biasanya sering digunakan dalam menahan rasa sakit. Penggunaanya yang sesuai dosis memilik manfaat baik bagi kesehatan, namun penggunaannya yang berlebihan banyak terjadi dan disalahgunakan menjadi obat-obat yang terlarang.

Adapun contoh dari penggunaan atau pemanfaatan dari alkaloid adalah sebagai berikut :

Temabkau
Selain bermanfaat dibidang kesehatan. Nikotin ini juga biasa digunakan sebagai bahan dalam rokok yang sering di hisap oleh para perokok didunia ini terutama diindonesia.

Opium
Tumbuhan ini digunakan oleh masyarakat di daerah Mesopotamia dengan menggunakan getah dari opium sebagai pereda rasa sakit pada saat pembedahan dengan cara diolesinya getah opium pada pisau yang digunakan untuk membedah si pasien.

Tomat
Beberapa penelitian yang membuat jurnal menulis bahwa tomat berguna sebagai obat diare, gangguan pencernaan serta memulihkan fungsi hati. Kandungan didalam buah tomat dipercaya mampu menghambat pertumbuhan sel kanker seperti kanker endometrial.

permasalahan :

1. dalam kehidupan tentunya kita semua memiliki cara tersendiri untuk melindungi diri sendiri dari sebuah ancaman. pada tanaman tentunya memiliki cara mereka sendiri juga, terutama tanaman yang mengandung alkaloid. tolong anda jelaskan bagaimana cara dan bagaimana peran alkaloid pada tanaman yang membuat hama atau serangga yang mengganggunya itu pergi atau tidak mengusik tanaman tersebut?

2. pada saat dokter atau suster yang akan melakukan suatu pengobatan, kita contohkan saja orang sakit jiwa yang sedang mengamuk. dokter atau suster yang bertugas tentunya akan memberikan obat penenang yang dimana kita ketahui bahwa obat penenang juga mengandung alkaloid di dalamnya yang akan di suntikan pada orang tersebut. nah tolong anda jelaskan bagaimana cara interaksi ataupun cara kerja obat tersebut pada tubuh orang sakit jiwa yang sedang mengamuk tersebut?

3. seperti yang sudah kita ketahui, bahwa senyawa alkaloid itu tidak terdapat didalam semua tanaman. dan juga kita ketahui bahwa alkaloid juga bersifat beracun, tapi kenapa alkaloid tersebut masih dimanfaatkan dalam bidang medis?

Selasa, 15 Oktober 2019

Perocbaan 6 Laporan Skrining Fituokimia Senyawa Bahan Alam (Awal)


PEROCBAAN 6
I. Judul       : skrining fituokimia senyawa bahan alam
II. Tujuan   : adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut
  a. dapat mengenal dan memahami dan memahami teknik-teknik skrining fitokimia bahan alam
b. dapat mengetahui jenis-jenis pereaksi yang digunakan dalam skrining fitokimia bahan alam
c. dapat melakukan skrining fitokimia bahan alam dari suatu simplisia tumbuhan
III. Landasan Teori
Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah skrining fitokimia yang terkandung dalam tanaman. Metode ini digunakan untuk mendeteksi adanya golongan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, kumarin, steroid/terpenoid. Skrining fitokimia adalah metode analisis untuk menentukan jenis metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan karena sifatnya yang dapat bereaksi secara khas dengan pereaksi tertentu. Skrining fitokimia dilakukan melalui serangkaian pengujian dengan menggunakan pereaksi tertentu (riyanti, 2008).
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna.
Hal penting yang berperan adalah pemilihan pelart dan metode ekstraksi. Pendekatan fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan kimia dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, buah, dan biji). Terutama kandungan metabolit sekunder yang bioaktif yaitu alkaloida dan yang lainnya (kristianti,2008).
Menurut iswanan (2012), Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-senyawa metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai macam metabilit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya. Senyawa tersebut dapat di identifikasi dengan pereaksi-pereaksi yang mampu memberikan ciri khas dari setiap golongan metabolit sekunder.
Skrining fitokimia dilakukan apabila ekstrak dari tumbuhan yang diperoleh tidak diketahui kandungan kimianya. Skrining fitokimia ini ditunjukkan untuk mengetahui kandungan senyawa atau golongan senyawa dalam suatu tanaman atau ekstrak tanaman. Metode skringin harus memiliki persyaratan, yaitu :
-          Metode sederhana dan cepat
-          Peralatan yang digunakan sedikit mungkin selektif dalam mengidentifikaasi senyawa-senyawa tertentu dalam kelompok senyawa yang diteliti.
-          Golongan yang dapat ditentukan dengan cara uji warna; penentuan kelatrutan; bilangan Rf; dan ciri spectrum UV.
Metode ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut dari suatu bahan simplisia sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut. Dalam satu simplisisa ada senyawa yang dapat larut dalam cairan penyair dan ada yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain. Kelebihan metode ekstraksi diantaranya maserasi; perkolasi; dan sokletasi (hariana,2008).
IV. Alat dan Bahan
4.1 Alat
- tabung reaksi                             - plat tetes                            - pipet tetes
- Erlenmeyer 250 ml                   - gelas kimia 200 ml            - lumping
- corong gelas                              - gelas ukur
4.2 Bahan
- pereaksi dragendorf                 - etanol                                 - brusin
- kloroform                                  - iodine                                 - shinoda
- NaOH padat                             - pereaks wagmer                 - Heksan
- pereaksi meyer                          - methanol                            - KI
V. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
a)   Pemeriksaan Alkaloida
1.    Dihaluskan simplisia tumbuhan sebanyak 2-4 gr pada lumpang dengan menambahkan sedikit kloroform dan pasir bersih (silica).
2.    Bahan tumbuhan yang sudah halus dibasahi dengan 10ml kloroform, lalu gerus lagi dan ditambahkan 10 ml kloroform amoniak 1/20 N dan gerus lagi.
3.    Saring bahan yang telah digerus tadi kedalam tabung reaksi, tambahkan 10 tetes larutan asam sulfat 2N, lalu dikocok.
4.    Dipisahkan dan didekantasikan lapisan asam kedalam tiga tabung reaksi kecil dan masing-masing tabung ditambahkan dengan satu tetes pereaksi Meyer, Wagner, dan Dragendorf.
b)   Pemeriksaan Steroid dan Terpenoid
1.    Dimasukkan simplisia tumbuhan 5 gr kering yang telah dirajang halus kedalam erlenmeyer 250 ml. Lalu tambahkan dengan 25 ml etanol dan diaduk-aduk.
2.    Panaskan diatas penangas air selama 10 menit (jangan menggunakan api langsung), dan saring dalam keadaan panas.
3.    Diuapkan filtrat pelarutnya dengan rotary evaporator atau dengan menggunakan penangas air sehingga diperoleh ekstrak pekat etanol.
4.    Dititrasi ekstrak pekat etanol dengan sedikit eter dan beberapa tetes larutan eter ditempatkan dalam 2 lobang plat tetes dan biarkan kering.
5.    Ditambahkan 2-3 tetes anhidrida asam asetat, diaduk dengan hati-hati.
6.    Ditambahkan 1 tetes asam sulfat pekat dan amati perubahan warna yang terbentuk.
7.    Periksalah reaksi dengan menambahkan asam sulfat pekat pada lobang plat tetes yang satu lagi, amati warna yang terjadi. Kalau terbentuk warna yang sama sangat boleh jadi contoh tumbuhan yang diperiksa tidak mengandung terpenoida tapi senyawa lain yang bereaksi dengan asam sulfat pekat.
c)    Pemeriksaan Flavonoida
1.    Diekstrasksi 0,5 gr simplisia tumbuhan yang telah dihaluskan dengan 10 ml etanol panas selama 5 menit dalam tabung reaksi.
2.    Disaring hasil ekstrak dan filtratnya ditambahkan beberapa tetes HCl pekat, lalu ditambahkan lebih kurang 0,2 gr bubuk magnesium. Bila timbul warna merah tua, menandakan contoh mengandung flavonoid. Cara uji teknik shinoda (Mg+HCl).
3.    Cara lain pengujian flavonoid, dengan menambahkan ekstrak etanol diatas dengan 2 tetes NaOH 10% . adanya flavonoid ditandai dengan perubahan warna kuning-orange merah.
d)   Pemeriksaan Saponin
1.    Dimasukkan lebih kurang 0,5 gr bahan tumbuhan kedalam tabung reaksi, lalu tambahkan 10 ml air panas dan biarkan menjadi dingin kemudian dikocok selama 10 detik.
2.    Bila terbentuk busa yang stabil setinggi 1-10cm selama 10 menit tidak hilang saat penambahan 1 tetes asam klorida 2N pada perlakuan ini, berarti tes saponin adalah positif.
e)    Pemeriksaan Kuinon
Dipotong-potong halus simplisia tumbuhan, kemudian diekstraksi dengan eter. Jika warna contoh yang diuji masuk kedalam pelarut eter boleh jadi zat warna yang ada adalah kuinon.
f)    Pemeriksaan Kumarin
Ekstrak metanol atau ekstrak dari simplisia tumbuhan dapat dideteksi keberadaan kumarinnya dengan cara ekstrak etanol atau metanol dari contoh kromatografi lapis tipis, dengan menggunakan eluen etil asetat atau etil asetat : metanol (9:1) atau (8:2). Dibawah sinar ultraviolet gelombang panjang 360 nm kumarin biasanya akan berfloresensi biru dan kalau noda ini diberi uap ammonium akan terlihat noda yang berwarna kuning.

link video



Permasalahan
1. Pada percobaan ini kita harusnya melakukan percobaan dengan rotary evaporator. Apakah hasilnya akan berbeda jika kita menggunakan destilasi? Apa inti tujuan dari perlakuan tersebut?
2. jelaskan kenapa pada saat dilakukannya pemeriksaan Alkaloida terjadinya proses dekantasi?
3. Pada saat dilakukannya pemeriksaan steroid dan terperoid apa fungsi penambahan asam sulfat tersebut?

Sabtu, 12 Oktober 2019

Keragaman dan Keunikan Struktur Kimia Alkanoid


Keragaman dan Keunikan Struktur Kimia Alkanoid



Pada tumbuhan senyawa metabolit ini tidak sebanyak flavanoid dan terpenoid. Alkaloid kebanyakan dikelompokkan berdasarkan kesamaan sumber asal molekulnya yang didasari dengan metabolic pathway yang akan digunakan untuk membentuk senyawa tersebut. Adapun biosintesis dari sebuah alkaloid tidak diketahui, alkaloid digolongkan menurut nama senyawanya, termasuk nama senyawa yang tidak mengandung nitrogen (karena struktur molekulnya terdapat dalam produk akhir.

didalam suatu senyawa alkanoid ini sifatnya basa atau alkali dan sering juga dijumpai dialam dan penyebabnya sifat basa ini karena adanya atom nitrogen terhadap suatu molekul baik itu pada stuktur heterosiklik maupun aromatis. pada senyawa alkanoid memang tersebar luas dialam terutama paling sering ditemukan pada tumbuh tumbuhan tetapi pada senyawa alkanoid sendiri ini juga mengandung paling sedikit 1 atom nitrogen dan ia juga memiliki keaktifan tertentu terkadang alkanoid ini juga terdapat pada pengobatan.

Penggolongan Alkaloid menurut Hegnauer dikelompokkan menjadi beberapa golongan, yaitu true Alkaloid, Protoalkaloid, dan Pseudoalkaloid. Meskipun terdapat beberapa perkecualian. Alkaloid juga dikelompokkan berdasarkan atom hidrogennya yaitu alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik dan alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik.

Permasalahan:

1. alkaloid yang terkandung didalam tumbuhan itu berfungsi sebagai anti bakteri. Coba anda jelaskan mekanisme atau cara kerja alkaloid yang berperan sebagai anti bakteri.

2. pada alkaloid yang ada pada tumbuhan atom nitrogen merupakan ciri khas dari struktur alkaloid tersebut. nah apa hubungan dari atom nitrogen dan struktur alkaloid sehingga nitrogen selalu berikatan dan pasti ada nitrogen setiap dalam struktur alkaloid

3. tentunya kita sudah belajar bahwa flavonoid, dan terpenoid itu hampir semua terdapat didalam semua jenis tumbuhan dan buahan. Nah senyawa alkaloid ini tidak terdapat pada semua tumbuhan ataupun buah-buahan. Mengapa bisa demikian?