PEROCBAAN 6
I. Judul : skrining fituokimia senyawa bahan alam
II. Tujuan : adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah
sebagai berikut
a. dapat
mengenal dan memahami dan memahami teknik-teknik skrining fitokimia bahan alam
b. dapat
mengetahui jenis-jenis pereaksi yang digunakan dalam skrining fitokimia bahan
alam
c. dapat melakukan
skrining fitokimia bahan alam dari suatu simplisia tumbuhan
III. Landasan Teori
Salah satu
pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah skrining fitokimia yang terkandung
dalam tanaman. Metode ini digunakan untuk mendeteksi adanya golongan senyawa
alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, kumarin, steroid/terpenoid. Skrining
fitokimia adalah metode analisis untuk menentukan jenis metabolit sekunder yang
terdapat dalam tumbuh-tumbuhan karena sifatnya yang dapat bereaksi secara khas
dengan pereaksi tertentu. Skrining fitokimia dilakukan melalui serangkaian
pengujian dengan menggunakan pereaksi tertentu (riyanti, 2008).
Skrining fitokimia
merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian fitokimia yang bertujuan
untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam
tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining fitokimia dilakukan dengan
melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna.
Hal penting yang
berperan adalah pemilihan pelart dan metode ekstraksi. Pendekatan fitokimia
meliputi analisis kualitatif kandungan kimia dalam tumbuhan atau bagian
tumbuhan (akar, batang, daun, buah, dan biji). Terutama kandungan metabolit
sekunder yang bioaktif yaitu alkaloida dan yang lainnya (kristianti,2008).
Menurut iswanan
(2012), Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap
senyawa-senyawa metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas
berbagai macam metabilit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya.
Senyawa tersebut dapat di identifikasi dengan pereaksi-pereaksi yang mampu
memberikan ciri khas dari setiap golongan metabolit sekunder.
Skrining fitokimia
dilakukan apabila ekstrak dari tumbuhan yang diperoleh tidak diketahui
kandungan kimianya. Skrining fitokimia ini ditunjukkan untuk mengetahui
kandungan senyawa atau golongan senyawa dalam suatu tanaman atau ekstrak
tanaman. Metode skringin harus memiliki persyaratan, yaitu :
-
Metode sederhana
dan cepat
-
Peralatan yang
digunakan sedikit mungkin selektif dalam mengidentifikaasi senyawa-senyawa
tertentu dalam kelompok senyawa yang diteliti.
-
Golongan yang
dapat ditentukan dengan cara uji warna; penentuan kelatrutan; bilangan Rf; dan
ciri spectrum UV.
Metode ekstraksi
adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut dari suatu bahan
simplisia sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut. Dalam satu
simplisisa ada senyawa yang dapat larut dalam cairan penyair dan ada yang tidak
larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain. Kelebihan metode
ekstraksi diantaranya maserasi; perkolasi; dan sokletasi (hariana,2008).
IV. Alat dan Bahan
4.1 Alat
- tabung reaksi -
plat tetes -
pipet tetes
- Erlenmeyer 250 ml -
gelas kimia 200 ml - lumping
-
corong gelas -
gelas ukur
4.2 Bahan
- pereaksi dragendorf -
etanol -
brusin
- kloroform -
iodine -
shinoda
- NaOH padat -
pereaks wagmer - Heksan
- pereaksi meyer -
methanol - KI
V. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja
pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
a) Pemeriksaan Alkaloida
1. Dihaluskan simplisia tumbuhan sebanyak 2-4
gr pada lumpang dengan menambahkan sedikit kloroform dan pasir bersih (silica).
2. Bahan tumbuhan yang sudah halus dibasahi
dengan 10ml kloroform, lalu gerus lagi dan ditambahkan 10 ml kloroform amoniak
1/20 N dan gerus lagi.
3. Saring bahan yang telah digerus tadi
kedalam tabung reaksi, tambahkan 10 tetes larutan asam sulfat 2N, lalu dikocok.
4. Dipisahkan dan didekantasikan lapisan asam
kedalam tiga tabung reaksi kecil dan masing-masing tabung ditambahkan dengan
satu tetes pereaksi Meyer, Wagner, dan Dragendorf.
b) Pemeriksaan Steroid dan Terpenoid
1. Dimasukkan simplisia tumbuhan 5 gr kering
yang telah dirajang halus kedalam erlenmeyer 250 ml. Lalu tambahkan dengan 25
ml etanol dan diaduk-aduk.
2. Panaskan diatas penangas air selama 10
menit (jangan menggunakan api langsung), dan saring dalam keadaan panas.
3. Diuapkan filtrat pelarutnya dengan rotary
evaporator atau dengan menggunakan penangas air sehingga diperoleh ekstrak
pekat etanol.
4. Dititrasi ekstrak pekat etanol dengan
sedikit eter dan beberapa tetes larutan eter ditempatkan dalam 2 lobang plat
tetes dan biarkan kering.
5. Ditambahkan 2-3 tetes anhidrida asam
asetat, diaduk dengan hati-hati.
6. Ditambahkan 1 tetes asam sulfat pekat dan
amati perubahan warna yang terbentuk.
7. Periksalah reaksi dengan menambahkan asam
sulfat pekat pada lobang plat tetes yang satu lagi, amati warna yang terjadi.
Kalau terbentuk warna yang sama sangat boleh jadi contoh tumbuhan yang diperiksa
tidak mengandung terpenoida tapi senyawa lain yang bereaksi dengan asam sulfat
pekat.
c) Pemeriksaan Flavonoida
1. Diekstrasksi 0,5 gr simplisia tumbuhan yang
telah dihaluskan dengan 10 ml etanol panas selama 5 menit dalam tabung reaksi.
2. Disaring hasil ekstrak dan filtratnya
ditambahkan beberapa tetes HCl pekat, lalu ditambahkan lebih kurang 0,2 gr
bubuk magnesium. Bila timbul warna merah tua, menandakan contoh mengandung
flavonoid. Cara uji teknik shinoda (Mg+HCl).
3. Cara lain pengujian flavonoid, dengan
menambahkan ekstrak etanol diatas dengan 2 tetes NaOH 10% . adanya flavonoid
ditandai dengan perubahan warna kuning-orange merah.
d) Pemeriksaan Saponin
1. Dimasukkan lebih kurang 0,5 gr bahan
tumbuhan kedalam tabung reaksi, lalu tambahkan 10 ml air panas dan biarkan
menjadi dingin kemudian dikocok selama 10 detik.
2. Bila terbentuk busa yang stabil setinggi
1-10cm selama 10 menit tidak hilang saat penambahan 1 tetes asam klorida 2N
pada perlakuan ini, berarti tes saponin adalah positif.
e) Pemeriksaan Kuinon
Dipotong-potong halus
simplisia tumbuhan, kemudian diekstraksi dengan eter. Jika warna contoh yang
diuji masuk kedalam pelarut eter boleh jadi zat warna yang ada adalah kuinon.
f) Pemeriksaan Kumarin
Ekstrak metanol atau
ekstrak dari simplisia tumbuhan dapat dideteksi keberadaan kumarinnya dengan
cara ekstrak etanol atau metanol dari contoh kromatografi lapis tipis, dengan
menggunakan eluen etil asetat atau etil asetat : metanol (9:1) atau (8:2).
Dibawah sinar ultraviolet gelombang panjang 360 nm kumarin biasanya akan
berfloresensi biru dan kalau noda ini diberi uap ammonium akan terlihat noda
yang berwarna kuning.
link video
link video
Permasalahan
1. Pada percobaan ini
kita harusnya melakukan percobaan dengan rotary evaporator. Apakah hasilnya
akan berbeda jika kita menggunakan destilasi? Apa inti tujuan dari perlakuan
tersebut?
2. jelaskan kenapa pada
saat dilakukannya pemeriksaan Alkaloida terjadinya proses dekantasi?
3. Pada saat dilakukannya
pemeriksaan steroid dan terperoid apa fungsi penambahan asam sulfat tersebut?
3. Fungsi dari H2SO4 pada uji steroid dan terpenoid adalah sebagai zat pereduksi yang nantinya mampu memberikan hasil warna pada simplisia yang dapat membuktikan bahwa simplisia tersebut positif atau tidaknya mengandung steroid/terpenoid. Selain itu H2SO4 disini juga sebagai oksidator kuat yang mampu mempercepat terjadinya reaksi antara simplisia dan etanol maupun anhidrida asam asetat yang digunakan.
BalasHapus1. Tidak akan berbeda, karena menurut sumber jika kita tidak mempunyai evaporator kita bisa menggantikan nya dengan proses yang lain contohnya destilasi
BalasHapus