Selasa, 15 Oktober 2019

Perocbaan 6 Laporan Skrining Fituokimia Senyawa Bahan Alam (Awal)


PEROCBAAN 6
I. Judul       : skrining fituokimia senyawa bahan alam
II. Tujuan   : adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut
  a. dapat mengenal dan memahami dan memahami teknik-teknik skrining fitokimia bahan alam
b. dapat mengetahui jenis-jenis pereaksi yang digunakan dalam skrining fitokimia bahan alam
c. dapat melakukan skrining fitokimia bahan alam dari suatu simplisia tumbuhan
III. Landasan Teori
Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah skrining fitokimia yang terkandung dalam tanaman. Metode ini digunakan untuk mendeteksi adanya golongan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, kumarin, steroid/terpenoid. Skrining fitokimia adalah metode analisis untuk menentukan jenis metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan karena sifatnya yang dapat bereaksi secara khas dengan pereaksi tertentu. Skrining fitokimia dilakukan melalui serangkaian pengujian dengan menggunakan pereaksi tertentu (riyanti, 2008).
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna.
Hal penting yang berperan adalah pemilihan pelart dan metode ekstraksi. Pendekatan fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan kimia dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, buah, dan biji). Terutama kandungan metabolit sekunder yang bioaktif yaitu alkaloida dan yang lainnya (kristianti,2008).
Menurut iswanan (2012), Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-senyawa metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai macam metabilit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya. Senyawa tersebut dapat di identifikasi dengan pereaksi-pereaksi yang mampu memberikan ciri khas dari setiap golongan metabolit sekunder.
Skrining fitokimia dilakukan apabila ekstrak dari tumbuhan yang diperoleh tidak diketahui kandungan kimianya. Skrining fitokimia ini ditunjukkan untuk mengetahui kandungan senyawa atau golongan senyawa dalam suatu tanaman atau ekstrak tanaman. Metode skringin harus memiliki persyaratan, yaitu :
-          Metode sederhana dan cepat
-          Peralatan yang digunakan sedikit mungkin selektif dalam mengidentifikaasi senyawa-senyawa tertentu dalam kelompok senyawa yang diteliti.
-          Golongan yang dapat ditentukan dengan cara uji warna; penentuan kelatrutan; bilangan Rf; dan ciri spectrum UV.
Metode ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut dari suatu bahan simplisia sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut. Dalam satu simplisisa ada senyawa yang dapat larut dalam cairan penyair dan ada yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain. Kelebihan metode ekstraksi diantaranya maserasi; perkolasi; dan sokletasi (hariana,2008).
IV. Alat dan Bahan
4.1 Alat
- tabung reaksi                             - plat tetes                            - pipet tetes
- Erlenmeyer 250 ml                   - gelas kimia 200 ml            - lumping
- corong gelas                              - gelas ukur
4.2 Bahan
- pereaksi dragendorf                 - etanol                                 - brusin
- kloroform                                  - iodine                                 - shinoda
- NaOH padat                             - pereaks wagmer                 - Heksan
- pereaksi meyer                          - methanol                            - KI
V. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
a)   Pemeriksaan Alkaloida
1.    Dihaluskan simplisia tumbuhan sebanyak 2-4 gr pada lumpang dengan menambahkan sedikit kloroform dan pasir bersih (silica).
2.    Bahan tumbuhan yang sudah halus dibasahi dengan 10ml kloroform, lalu gerus lagi dan ditambahkan 10 ml kloroform amoniak 1/20 N dan gerus lagi.
3.    Saring bahan yang telah digerus tadi kedalam tabung reaksi, tambahkan 10 tetes larutan asam sulfat 2N, lalu dikocok.
4.    Dipisahkan dan didekantasikan lapisan asam kedalam tiga tabung reaksi kecil dan masing-masing tabung ditambahkan dengan satu tetes pereaksi Meyer, Wagner, dan Dragendorf.
b)   Pemeriksaan Steroid dan Terpenoid
1.    Dimasukkan simplisia tumbuhan 5 gr kering yang telah dirajang halus kedalam erlenmeyer 250 ml. Lalu tambahkan dengan 25 ml etanol dan diaduk-aduk.
2.    Panaskan diatas penangas air selama 10 menit (jangan menggunakan api langsung), dan saring dalam keadaan panas.
3.    Diuapkan filtrat pelarutnya dengan rotary evaporator atau dengan menggunakan penangas air sehingga diperoleh ekstrak pekat etanol.
4.    Dititrasi ekstrak pekat etanol dengan sedikit eter dan beberapa tetes larutan eter ditempatkan dalam 2 lobang plat tetes dan biarkan kering.
5.    Ditambahkan 2-3 tetes anhidrida asam asetat, diaduk dengan hati-hati.
6.    Ditambahkan 1 tetes asam sulfat pekat dan amati perubahan warna yang terbentuk.
7.    Periksalah reaksi dengan menambahkan asam sulfat pekat pada lobang plat tetes yang satu lagi, amati warna yang terjadi. Kalau terbentuk warna yang sama sangat boleh jadi contoh tumbuhan yang diperiksa tidak mengandung terpenoida tapi senyawa lain yang bereaksi dengan asam sulfat pekat.
c)    Pemeriksaan Flavonoida
1.    Diekstrasksi 0,5 gr simplisia tumbuhan yang telah dihaluskan dengan 10 ml etanol panas selama 5 menit dalam tabung reaksi.
2.    Disaring hasil ekstrak dan filtratnya ditambahkan beberapa tetes HCl pekat, lalu ditambahkan lebih kurang 0,2 gr bubuk magnesium. Bila timbul warna merah tua, menandakan contoh mengandung flavonoid. Cara uji teknik shinoda (Mg+HCl).
3.    Cara lain pengujian flavonoid, dengan menambahkan ekstrak etanol diatas dengan 2 tetes NaOH 10% . adanya flavonoid ditandai dengan perubahan warna kuning-orange merah.
d)   Pemeriksaan Saponin
1.    Dimasukkan lebih kurang 0,5 gr bahan tumbuhan kedalam tabung reaksi, lalu tambahkan 10 ml air panas dan biarkan menjadi dingin kemudian dikocok selama 10 detik.
2.    Bila terbentuk busa yang stabil setinggi 1-10cm selama 10 menit tidak hilang saat penambahan 1 tetes asam klorida 2N pada perlakuan ini, berarti tes saponin adalah positif.
e)    Pemeriksaan Kuinon
Dipotong-potong halus simplisia tumbuhan, kemudian diekstraksi dengan eter. Jika warna contoh yang diuji masuk kedalam pelarut eter boleh jadi zat warna yang ada adalah kuinon.
f)    Pemeriksaan Kumarin
Ekstrak metanol atau ekstrak dari simplisia tumbuhan dapat dideteksi keberadaan kumarinnya dengan cara ekstrak etanol atau metanol dari contoh kromatografi lapis tipis, dengan menggunakan eluen etil asetat atau etil asetat : metanol (9:1) atau (8:2). Dibawah sinar ultraviolet gelombang panjang 360 nm kumarin biasanya akan berfloresensi biru dan kalau noda ini diberi uap ammonium akan terlihat noda yang berwarna kuning.

link video



Permasalahan
1. Pada percobaan ini kita harusnya melakukan percobaan dengan rotary evaporator. Apakah hasilnya akan berbeda jika kita menggunakan destilasi? Apa inti tujuan dari perlakuan tersebut?
2. jelaskan kenapa pada saat dilakukannya pemeriksaan Alkaloida terjadinya proses dekantasi?
3. Pada saat dilakukannya pemeriksaan steroid dan terperoid apa fungsi penambahan asam sulfat tersebut?

2 komentar:

  1. 3. Fungsi dari H2SO4 pada uji steroid dan terpenoid adalah sebagai zat pereduksi yang nantinya mampu memberikan hasil warna pada simplisia yang dapat membuktikan bahwa simplisia tersebut positif atau tidaknya mengandung steroid/terpenoid. Selain itu H2SO4 disini juga sebagai oksidator kuat yang mampu mempercepat terjadinya reaksi antara simplisia dan etanol maupun anhidrida asam asetat yang digunakan.

    BalasHapus
  2. 1. Tidak akan berbeda, karena menurut sumber jika kita tidak mempunyai evaporator kita bisa menggantikan nya dengan proses yang lain contohnya destilasi

    BalasHapus